Di sebuah rumah kecil yang terletak di pinggir hutan, tinggallah sebuah keluarga sederhana: Pak Danu, Bu Rini, serta dua anak mereka, Nala yang berusia 7 tahun dan adiknya Raka yang baru berumur 4 tahun. Rumah mereka dikelilingi kebun kecil dengan pagar besi yang menjaga batas rumah dari hutan di belakangnya. Suasana sore itu tenang, hingga terdengar suara aneh seperti rintihan pelan dari arah pagar.
“Pak, ada suara apa itu?” tanya Nala yang sedang bermain bola di halaman. Nala, yang duduk di teras dengan mainan kesayangannya, ikut menoleh penasaran.
Pak Danu yang sedang memperbaiki kursi di teras, bangkit sambil mengernyitkan dahi. “Biar Ayah lihat,” katanya sambil berjalan ke arah sumber suara, diikuti Nala dan Raka . Tak lama, Bu Rini juga menyusul setelah mendengar keributan kecil.
Di pagar besi yang membatasi kebun mereka, tampak seekor landak sedang terjepit. Tubuhnya yang besar terlihat kesulitan bergerak, sementara bulu-bulu tajamnya tersangkut di sela-sela jeruji pagar. Landak itu mengeluarkan suara pelan, seperti memohon bantuan.
“Astaga, kasihan sekali!” seru Bu Rini dengan nada prihatin. “Pak, kita harus menolongnya.”
Pak Danu mendekati landak itu dengan hati-hati. “Sepertinya dia hamil,” ujarnya setelah melihat perut landak yang membesar. “Mungkin dia sedang mencari tempat untuk melahirkan.”
Dengan bantuan kain tebal untuk melindungi tangan dari duri tajamnya, Pak Danu dan Bu Rini perlahan membebaskan landak itu. Prosesnya tidak mudah karena landak tersebut bergerak gelisah, tetapi setelah beberapa menit, mereka berhasil melepaskannya. Landak itu tampak lelah, tetapi matanya yang kecil menatap keluarga itu seolah mengucapkan terima kasih.
“Apa kita bawa ke dalam, Bu? Dia terlihat sangat lemah,” tanya Nala.
Bu Rini mengangguk. Mereka membawa landak itu ke halaman belakang dan membuatkan tempat berlindung sederhana dari kardus besar yang dilapisi kain lembut. Bu Rini juga menyiapkan air dan sedikit makanan berupa buah-buahan yang ditemukan di dapur.
“Kita panggil dia Landa,” kata Nala sambil tersenyum. Meski masih kecil, ia tampak sangat peduli pada hewan itu.
Beberapa Hari Kemudian
Landa terlihat semakin tenang dan nyaman di tempat barunya. Suatu pagi, Bu Rini menemukan kejutan besar. Landa telah melahirkan tujuh bayi landak kecil! Mereka terlihat mungil, dengan duri-duri lembut yang belum mengeras.
“Pak, lihat ini! Landa sudah melahirkan!” seru Bu Rini dengan antusias. Raka dan Nala berlari mendekat untuk melihat anak-anak landak yang baru lahir. Mata mereka berbinar penuh kegembiraan.
“Wah, ada tujuh! Mereka lucu sekali,” ujar Raka sambil menunjuk salah satu bayi landak yang bergerak pelan di dekat induknya.
“Bu, kita pelihara mereka semua, ya? Biar mereka aman di sini,” pinta Nala dengan polos.
Pak Danu dan Bu Rini setuju untuk merawat Landa dan anak-anaknya sampai mereka cukup besar. Hari-hari berikutnya, keluarga itu memberikan perhatian penuh pada landak-landak tersebut. Raka sering membantu memberi makanan, sementara Nala suka menemani mereka sambil bernyanyi. Kehadiran Landa dan anak-anaknya membawa kebahagiaan tersendiri bagi keluarga itu.
Waktu untuk Berpisah
Bulan demi bulan berlalu, anak-anak landak tumbuh besar dan duri-duri mereka mengeras. Landa juga tampak sehat kembali. Meski keluarga itu sudah sangat sayang pada landak-landak tersebut, Pak Danu tahu bahwa hutan adalah rumah terbaik untuk mereka.
“Raka, Nala, kalian tahu kan kalau landak lebih bahagia hidup di alam bebas?” tanya Pak Danu suatu sore. Anak-anak itu tampak sedih, tetapi mereka mengerti.
“Tapi kita masih bisa mengunjungi mereka di hutan, kan, Pak?” tanya Raka.
Pak Danu tersenyum dan mengangguk. “Tentu saja. Mereka pasti akan baik-baik saja di sana.
”
Keluarga itu membawa Landa dan anak-anaknya ke hutan yang aman. Dengan hati-hati, mereka melepaskan landak-landak itu ke habitat alaminya. Sebelum pergi, Raka dan Nala melambaikan tangan mereka dengan haru.
“Hati-hati di hutan, Landa,” kata Nala dengan suara kecil.
Landa tampak berhenti sejenak, seolah-olah mengucapkan selamat tinggal, sebelum akhirnya berjalan bersama anak-anaknya ke dalam hutan. Momen itu mengajarkan keluarga tersebut tentang keindahan memberi tanpa pamrih.
Pesan Moral
Berbuat baik kepada makhluk hidup adalah tindakan mulia yang bisa membawa kebahagiaan.
Cinta dan kasih sayang tidak mengenal batas, bahkan untuk hewan yang terlihat sederhana sekalipun.
Kadang, kebaikan terbesar adalah membiarkan sesuatu kembali ke tempat yang seharusnya demi kebaikan mereka.